Makalah pemahaman kalimat ~ bahasa indonesia
Konten [Tampil]
PEMAHAMAN KALIMAT
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata
Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu Irfai Fathurohman, S.Pd., M.Pd.
Kelas 2B - Kelompok 8
Disusun oleh
1.
Farid
Ikhlasul Amal (201612078)
2.
Muhammad
Rayyan Ni’am (201612088)
3.
Ricky
Raffi Alhanif (201612089)
4.
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2017
PRAKATA
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kami sehingga tugas makalah yang
kami buat ini dapat kami selesaikan dengan lancar.
Tugas yang kami buat ini ditujukan untuk memenuhi tugas Bahasa
Indonesia dan juga kami mengucapkan terimakasih kepada
1.
Irfai
Fathurrohman selaku dosen Bahasa Indonesia yang telah memberikan materi yang
kami pelajari.
2.
Pihak-pihak
yang telah membantu kami melancarkan tugas ini, memberikan semangat serta
motivasi kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Kami sudah menulis makalah
ini dengan sebaik-baiknya, namun jika ada kekurangan kami mohon untuk kritik
dan saran yang membangun untuk kami.
Kami berharap dengan ditulisnya makalah ini dapat memberikan
manfaat dalam mendalami materi mengenai Bahasa Indonesia.
Kudus, 4 April 2017
(Penulis)
DAFTAR ISI
Prakata
.......................................................................................................................... ii
Daftar
isi ........................................................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1
Latar
Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2
Rumusan
Masalah ......................................................................................... 1
1.3
Tujuan
............................................................................................................ 1
1.4
Manfaat
.......................................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
2.1
Pengertian
Kalimat ......................................................................................... 3
2.2
Fungsi
dan Ciri Unsur-unsur Kalimat
............................................................ 3
2.2.1
Subjek
................................................................................................. 3
2.2.2
Predikat
......................................................................................... ..... 4
2.2.3
Objek
.................................................................................................. 4
2.2.4
Keterangan
......................................................................................... 5
2.3
Konjungsi
....................................................................................................... 7
2.4
Modalitas
........................................................................................................ 7
2.5
Pola
Kalimat
................................................................................................... 8
2.5.1
Pola
Kalimat Dasar
............................................................................. 8
2.5.2
Pola
Kalimat Majemuk ....................................................................... 9
BAB
III PENUTUP ...................................................................................................... 11
1.1
Simpulan
......................................................................................................... 11
1.2
Saran
............................................................................................................... 11
Daftar
Pustaka .............................................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang
utuh (Alwi, 1998). Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal
subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah
lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa
tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur minimal S
dan P dalam hal ini menunjukkan bahwa kalimat bukanlah semata-mata gabungan
atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna
menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai
pengungkap maksud penuturannya. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan bahasa
sebagai sarana berpikir dan berkomunikasi banyak ditentukan oleh penguasaan
kaidah kalimat yang didukung oleh kosakata yang memadai.
Hal inilah yang kemudian menarik
untuk diketahui tentang bagaimana pengertian kalimat, unsur-unsur suatu
kalimat, kalimat dasar dan kalimat majemuk. Oleh karena itu penulis berusaha
untuk memberikan pemahaman tentang pertanyaan tersebut dalam makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menjadi jawaban dan memberikan pemahaman terkait
pertanyaan yang dikaji.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian kalimat, konjungsi, modalitas, kalimat dasar dan kalimat majemuk?
2.
Apa unsur
dari suatu kalimat?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui
dan memahami tentang pengertian kalimat, konjungsi, modalitas, kalimat dasar
dan kalimat majemuk.
2.
Mengetahui
tentang unsur dari suatu kalimat.
1.4
Manfaat
1.4.1
Bagi
mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang kalimat, konjungsi,
modalitas, kalimat dasar dan majemuk.
1.4.2
Bagi
pendidikan
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik mengetahui dan memahami kalimat, unsur-unsur kalimat,
konjungsi, modalitas serta kalimat dasar dan majemuk.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
kalimat
Kanzunnudin
(2017: 85) Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan ataupun
tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat
diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, di sela jeda dan diakhiri
dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan (kesenyapan adalah
keadaan tiadanya bunyi sebagai batas ujaran) yang mencegah terjadinya
perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainya. Dalam wujud
tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!), sementara itu,
didalamnya disertakan pula berbagi tanda baca seperti koma (,), titik dua (:),
tanda pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru
melambangkan kesenyapan.
Berbahasa
berarti menyusun kalimat, yakni merangkai kata-kata yang membentuk satuan fungsi
subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan ke dalam sebuah kalimat.
Rangkain kalimat yang banyk dan bermacam-macam dalam satu kesatuan makna
membantu sebuah paragraph, dan lebih luas lagi menjadi sebuah wacana. Melalui
berbagi informasi, konsep, karangan ilmiah, laporan, prposal, atau penolakan persetujuan
dikomunikasikan kepada orang lain. Untuk menghasilkan komunikasi yang teat dan
bersasaran, wacana disusun dengan kalimat yang efektif.
Kalimat efektif
harus disusun dengan baik dan benar. Kalimat dinyatakan baik, jika dapat
diterima oleh pendengaratau pembacanya tanpa penilaian negatif. Adapun kalimat
dinyatakan kalimat efektif jika kalimat itu disusun berdasarkan sistem, kaidah,
atau aturan bahasa indonesia.
Berdasarkan
pemahaman terhadap pengertian kalimat tersebut dapat kita simpulan bahwa
kalimat adalah suatu satuan bahasa baik dalam bentuk tertulis maupun tulisan
yang dapat mengungkapkan pikiran orang yang membuat kalimat tersebut. Sedangkan
menyusun kalimat adalah merangkai kata-kata yang membentuk satuan fungsi
subyek, objek, pelengkap dan keterangan ke dalam sebuah kalimat.
2.2
Fungsi dan Ciri Unsur-unsur Kalimat
Kanzunnudin
(2017: 87-94) Unsur-unsur dalam kalimat mencakupi subjek, predikat, objek,
pelengkap, keterangan, konjungsi, dan modalitas.
2.2.1
Subjek
Subjek atau
pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna
kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat dapat mengaburkan makna kalimat.
Keberadaan subjek dalam kalimat mempunyai fungsi (1) membentuk kalimat dasar,
kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk; (2) memperjelas makna; (3)
menjadi pokok pikiran; (4) menegaskan (memfokuskan) makna; (5) memperjelas
pikiran ungkapan; dan (6) membentuk kesatuan pikiran.
Ciri-ciri
subjek ialah sebagai berikut.
(1)
Jawaban apa
atau siapa.
(2)
Didahului kata bahwa.
(3)
Berupa kata
atau frasa benda (nomina).
(4)
Disertai kata ini
atau itu.
(5)
Disertai
pewatas yang.
(6)
Kata sifat
didahului kata si atau sang, si cantik, si kecil, sang perkasa.
(7)
Tidak didahului
preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut, dan berdasarkan.
(8)
Tidak dapat
diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.
Subjek kalimat dapat berupa kata dan
dapat juga berupa frasa. Berikut ini subjek kalimat yang berupa kata.
Saya sudah kenyang.
Malam sydah sangat
larut.
Orang-orang sudah tertidur
lelap.
Adapun subyek kalimat yang berupa
frasa contohnya sebagai berikut
Air sungai kecil itu
terus menerus menggericik.
Pada tepi sungai kecil itu terempas kerikil-kerikil tajam.
Seekor kambing sedang makan
rumput di halaman rumah.
Subyek biasanya merupakan kata yang menyatakan sebagai orang atau
benda yang menjadi pelaku dari suatu kalimat. dan merupakan bagian klausa yang
menandai apa yang dibicarakan oleh pembicara.
2.2.2
Predikat
Predikat dalam kalimat
pada umunya muncul secara implisit. Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi
(1) membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat majemuk;
(2) menjadi unsur penjelas, yakni memperjelas pikiran atau gagasan yang
diungkapkan dan menentukan kejelasan makna kalimat; (3) menegaskan makna; (4)
membentuk kesatuan pikiran, dan (5) sebagai sebutan.
Ciri-ciri predikat
ialah sebagai berikut.
(1)
Jawaban mengapa,
bagaimana.
(2)
Dapat
diingkarkan dengan kata tidak atau
bukan.
(3)
Dapat didahului
keterangan aspek akan, sudah, sedang, selalu, hampir.
(4)
Dapat didahului
keterangan modalitas sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti, dan selayaknya.
(5)
Tidak didahului
kata yang, jika didahului kata predikat berubah fungsi menjadi perluasan
subyek.
(6)
Didahului kata adalah,
ialah, yaitu, yakni.
(7)
Predikat dapat
berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau bilangan.
Predikat dapat berupa kata maupun
frasa. Perhatikan contoh yang berupa kata.
Pengusaha sukses itu menemukan
peluang bisnis barunya.
Usahanya berkembang.
Dia sukses.
Contoh predikat yang berupa frasa
sebagai berikut.
Binatang addalah makhluk yang
tidak berakal budi.
Bisnisnya berkembang sangat pesat
setelah ditangani dengan serius.
Predikat biasanya adalah bagian kalimat yang menandai apa yang
dikatakan oleh pembicara tentang apa yang dilakukan oleh subjek. dalam kalimat
biasa, predikat terletak sesudah subjek. Predikat kalimat dapat menduduki
hampir semua kategori, termasuk bentuk frasanya. Namun demikian, dalam kalimat
biasa, predikat kebanyakan berupa verba atau frasa verbal dan adjektiva atau
frasa adjektival.
2.2.3 Objek
Subjek dan predikat muncul secara eksplisit dalam kalimat, tetapi
objek tidak. Kehadiran objek dalam kalimat tergantung pada jenis predikat
kalimat serta ciri-ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus
transitif (transitif: bersangkutan dengan kata kerja yang memerlukan objek,
seperti kata membakar dalam kalimat ‘ibu membakar sate’)
mempunyai objek. Biasanya predikatnya ini berupa kata kerja berkonfiks me-kan
atau me-i. Misalnya, me-kan pada kata mengambil,
mengambilkan, dan mengumpulkan. Me-i pada kata mengambil,
melempari dan memukuli. Dalam
kalimat objek mempunyai fungsi (1) membentuk kalimat dasar pada kalimat
berpredikat transitif, (2) memperjlas makna kalimat, dan (3) membentuk kesatuan
atau kelengkapan pikiran.
Ciri-ciri objek ialah sebagai berikut.
(1)
Berupa kata
benda.
(2)
Tidak didahului
kata depan.
(3)
Mengikuti secara
langsung di belakang predikat transitif.
(4)
Jawaban apa
atau siapa yang terletak di belakang predikat transtif.
(5)
Dpt menduduki
fungsi subjek apabila kalimat itu pasif.
Objek adalah suatu hal, perkara, orang yang menjadi pokok
pembicaraan. Objek merupakan suatu kata yang tidak muncul secara eksplisit
dalam suatu kalimat, kehadirannya dalam suatu kalimat tergantung pada jenis
predikat kalimat dan ciri-ciri khas objek itu sendiri.
2.2.4
Keterangan
Keterangan
kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi pesan-pesan kalimat.
Tanpa keterangan, informasi menjadi tidak jelas hal ini dapat dirasakan
kehadiranya terutama dalam surat undangan, laporan penelitian, dan informasi
yang terkait dengan tempat, waktu, dan sebab. Ciri-ciri keterangan ialah sebagai
berikut.
(1)
Bukan unsur
utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan, pesan menjadi tidak jelas, dan
tidak lengkap. Misalnya undangan, tanpa keterangan tidak komunikatif.
(2)
Tempat tidak
terikat posisi, pda awal, tengah, atau akhir kalimat.
(3)
Dapat berupa keterangan
waktu, tujuan, tempat, sebab, akibat, syarat, cara, posesif (posesif ditandai
kata meskipun, walaupun, atau biarpun, misalnya ‘Saya berupaya meningkatkan
kualitas kerja meskipun sulit diwujudkan’), dan pengganti nomina (menggunakan
kata bahwa, misalnya ‘Para pakar ketenagakerjaan berpendapat bahwa sekarang ini
sulit mencari pekerjaan’).
Contoh penempatan keterangan dalam kalimat sebagai berikut.
Pada awal kalimat, “Kemarin Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muria Kudus pergi ke Jakarta”.
Pada tengah kalimat, “Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muria Kudus kemarin pergi ke Jakarta”.
Pada akhir kalimat, “Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muria Kudus pergi ke Jakarta kemarin”.
(4)
Dapat berupa
keterangan tambahan, misalnya dalam kalimat “Megawati yang menjabat Presiden
RI 2001-2004, adalah putra Bung Karno”. Begitu juga dapat berupa aposisi,
yakni keterangan tambahan yang dapat menggantikan subjek, misalnya dalam
kalimat “Megawati, Presiden RI 2001-2004, adalah putra Bung Karno”
(aposisi).
Berikut ini beberapa jenis keterangan yang lazim dikenal dalam tata
bahasa.
Jenis Keterangan
|
Preposisi
|
Contoh
|
|
1.
|
Tempat
|
Di
ke
dari
(di) dalam
pada
|
di Kamar, di kota
ke Jogyakarta, ke kantor
dari Jakarta
(di) dalam rumah
pada
saya
|
2.
|
Waktu
|
Pada
dalam
se-
|
pada pukul 6
dalam dua hari ini
setiba
di rumah
|
3.
|
Alat
|
Dengan
|
dengan
mobil
|
4.
|
Tujuan
|
agar/supaya
untuk
bagi
|
agar/supaya kamu pandai
untuk kemerdekaan
bagi
masa depanmu
|
5.
|
Cara
|
Dengan
secara
dengan cara
|
dengan diam-diam
secara hati-hati
dengan
cara damai
|
6.
|
Penyertaan
|
Dengan
bersama
|
dengan diam-diam
Bersama orang tuanya
berserta
orang tuanya
|
Beserta
|
|||
7.
|
Perbandingan/kemiripan
|
seperti
bagaikan
laksana
|
seperti angin
bagaikan seorang dewi
laksana
bintang di langit
|
8.
|
Sebab
|
karena
sebab
|
karena perempuan itu
sebab
kecerobohannya
|
9.
|
Kesalingan
|
|
saling
(mencintai) satu sama lain
|
Selain kesembilan keterangan tersebut, ada pula jenia keterangan
lain yang selalu berbentuk klausa, yaitu keterangan syarat, keterangan
pengandaian, keterangan konsesif, dan keterangan hasil.
Keterangan syarat ditandai dengan
kata jika, jikalau, asalkan, kalau, bila, dan bagaimana. Perhatikan
contoh berikut ini.
(1)
Jika
Anda rajin belajar, tentu dapat mengerjakan ujian.
(2)
Mahasiswa boleh
ujian, asalkan telah menyelesaikan administrasi fakultas.
Keterangan
pengandaian ditandai kata seandainya, andaikata. Andaikan, dan sekiranya.
Perhatikan contoh kalimat berikut ini.
(1)
Seandainya para
anggota kelompok menerima norma itu, selesailah seluruh permasalahan.
Keterangan
konsesif ditandai kata walau (pun), meski (pun), kendatipun
(pun), sungguh (pun), sekali (pun), dan biar (pun).
Perhatikan contoh berikut ini.
(1)
Walaupun/meskipun
hatinya sangat sedih, dia tidak pernah menangis di hadapanku.
(2)
Perjuangan
berjalan terus kendatipun musuh telah menduduki semua kota.
Keterangan
hasil ditandai dengan kata sehingga, sampai, dan maka.
Perhatikan contoh berikut ini.
(1)
Kami tidak
sependapat, maka kami pun mengajukan usul.
(2)
Biaya
pengobatannya sungguh mahal sampai-sampai semua perhiasan orang tuanya
sudah terjual habis.
Keterangan adalah kata atau kelompok kata yang
dipakai untuk meluaskan atau membatasi makna subjek atau predikat dalam kalimat. Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling
beragam dan paling mudah berpindah letak dalam kalimat. Kehadiran keterangan
pada umumnya bersifat manasuka dan biasanya berupa frasa nomina, frasa preposisi, atau frasa adverbia.
2.3
Konjungsi
Kanzunnudin (2017:
94) Konjungsi adalah bagian kalimat yang berfungsi menghubungkan unsur-unsur
kalimat dalam sebuah kalimat (yaitu subyek, predikat, obyek, pelengkap,
dan keterangan), sebuah kalimat dengan kalimat lain, dan (atau) sebuah
paragraf dengan paragraf yang lain.
Konjungsi dibagi
menjadi dua, yaitu perangkai intrakalimat dan perangkai antarkalimat. Perangkai
intrakalimat berfungsi menghubungkan unsur atau bagian kalimat dengan unsur
atau bagian kalimat yang lain di dalam kalimat. Adapun perangkai antar kalimat
berfungsi menghubungkan kalimat atau paragraf yang satu dengan kalimat atau
paragraf yang lain. Bagaikan perangkai ini sering disebut dengan istilah kata
transisi. Kata-kata transisi ini sangat membantu dalam menghubungkan gagasan
sebelum dan sesudah baik antarkalimat maupun antar paragraf.
Bentuk
perangkai yang sering ditemukan dalam karangan seperti adalah, andaikata,
apabila, atau, bahwa, bilamana, daripada, di samping itu, sehingga, ialah,
jika, kalau, kemudian, melainkan, meskipun, misalnya, padahal, seandainya,
sedangkan, seolah-olah, supaya, umpamannya, bahkan, tetapi, karena itu, oleh
sebab itu, jadi, maka, lagipula,
sebaliknya, sementara itu, selanjutnya, dan tambah pula. Perhatikan
(1)
Semua soal
ujian dapat kukerjakan dengan baik. Dengan demikian harapan lulus semakin besar
bagiku.
(2)
Presiden
beserta rombongan segera meninjau lokasi banjir.
(3)
Saya memanggil
dokter, sedangkan ibu menjaga adik dirumah.
(4)
Disamping harus
hati-hati menghadapi orang itu, kamu juga harus waspada terhadap kemungkinan serangan
anak buahnya.
(5)
Andaikata
pemerintah belum membangun tanggul sungai ini, tentu kita sudah kebanjiran.
Konjungsi
merupakan kata yang menghubungkan kata-kata, ungkapan-ungkapan, atau
kalimat-kalimat dan sebuah paragraf satu dengan paragraf lain. Konjungsi dibagi
menjadi dua yaitu intrakalimat dan antarkalimat
2.4 Modalitas
Kanzunnudin
(2017: 95) Modalitas dalam ranah linguistik mempunyai pengertian (1)
klasifikasi pernyataan menurut hal menyungguhkan atau mengingkari kemungkinan
atau keharusan, (2) cara pembicara menyatakan sikap terhadap situasi dalam
suatu komunikasi antar pribadi, dan (3) makna kemungkinan, keharusan, kenyataan
yang dinyatakan dalam, kalimat, dalam bahasa indonesia modalitas dinyatakan
dengan kata-kata seperti barangkali, harus, akan. Adapun modalitas dalam
kalimat sering disebut keterangan predikat. Modalitas dapat mengubah
keseluruhan makna sebuah kalimat. Dengan modalitas tertentu makna kalimat
berubah menjadi sebuah pernyataan yang tegas, ragu, lembut, dan pasti. Contoh
penggunaan modalitas sebagai berikut.
(1)
Dia sebetulnya
seorang lain.
(2)
Anda sebaiknya
menerima pekerjaan itu.
(3)
Bapak rektor kemungkinan
besar bisa hadir membuka acara seminar di Fakultas Keguruan dan ilmu
Pendidikan UMK.
(4)
Jangan-jangan mereka
dianggap sebagai kelompok pembuat onar karena tingkah lakunya aneh bagi
masyarakat sekitar.
Mengenai fungsi
modalitas dalam kalimat ialah sebagai berikut.
(1)
Mengubah nada,
yakni dari nada tegas menjadi ragu-ragu atau sebaliknya, dari nada keras
menjadi lembut atau sebaliknya. Ungkapan yang dapat digunkan antara lain barangkali,
tentu, mungkin sering, sering, sungguh. Misalnya “ia sungguh beruntung
mendapat pekerjaan itu”, “ia sering menyatakan syukurnya atas karunia
allah SWT”
(2)
Menyatakan
sikap. Jika ingin mengungkapkan kalimat dengan nada kepastian dapat diungkapkan
pasti, pernah, tentu, sering, jarang, dan kerapkali.
Saya pasti hadir dalam resepsi pernikahanmu nanti.
Pak Dekan FKIP UMK belum tentu menghadiri seminar mahasiswa
progdi PGSD.
Modalitas menunjukan
sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, terhadap pendengar, terhadap lingkungan yang
dibicarakan, atau gabungan dari hal-hal tersebut.
2.5 Pola Kalimat
Kanzunnudin (2017: 95-100) Kalimat
yang jumlah dan jenisnya sangat banyak, pada dasarnya disusun menurut pola-pola
tertentu yang amat sedikit jumlahnya. Penguasaan pola kalimat memudahkan
pemakai bahasa dalam membuat kalimat dengan benar secara gramatikal. Begitu
juga, pola kalimat dapat menyederhanakan kalimat sehingga mudah dipahami oleh
orang lain. Kemudahaan ini dapat memperkecil kesalahpahaman dalam berkomunikasi
antara penulis dengan pembaca atau antara pembicara dengan pendengar.
2.5.1
Pola Kalimat Dasar
Pola kalimat dasar terdiri atas subjek (S)
dan predikat (P). Pola kalimat dasar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
(1)
Berupa kalimat
tunggal (satu S, atau P, atau O, satu pel atau pelengkap, satu K).
(2)
Sekurang-kurangnya
terdiri dari satu subjek (S) dan satu predikat (P).
(3)
Selalu diawali
dengan subjek.
(4)
Berbentuk
kalimat aktif.
(5)
Unsur tersebut
ada yang berupa kata atau yang berupa frasa.
(6)
Dapat
dikembangkan menjadi kalimat luas dengan memperluas subjek, predikat, objek,
dan keterangan.
Struktur dan
pola-pola kalimat dasar tersebut perlu dipahami. Mengapa? Karena kalimat dasar
dapat dijadikan kalimat luas dengan menambah keterangan-keterangan pada subjek,
predikat, atau objek sesuai dengan keperluan. Akan tetapi, unsur-unsur dasar
tersebut harus terungkap secara eksplisist. Begitu juga, dengan kalimat dasar,
kalimat yang kompleks dan rumit dapat disederhanakan dengan menentukan pola
dasarnya sehingga mudah dipahami.
Perhatikan contoh kalimat dasar berikut ini!
(1)
Mereka / berdiskusi
S P
(2)
Para mahasiswa / sedang
belajar
S P
(3)
Mereka / sedang
mendiskusikan / tugas kelompok
S P O
(4)
Ekonomi daerah
itu / berdasarkan / perkebunan
S P Pel
(5)
Mereka / membelikan
/ saya / buku
S P O Pel
(6)
Mereka / menjuluki
/ dia / sang pangeran
S P O Pel
(7)
Para pemimpin
UMK / sedang rapat / di Colo
S P K
(8)
Para pemimpin
UMK / sedang membahas / uang SPP mahasiswa / di ruang
senat
S P O K
Berikut ini contoh kalimat yang dikembangkan
dari kalimat dasar. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring merupakan kalimat
dasar.
(1)
Kami yang
mengharapkan kedamaian di Ambon selalu berdiskusi masalah ini.
(2)
Siswa yang
rajin belajar itu sedang mendiskusikan tugas kelompok.
(3)
Tulang punggung
ekonomi Kabupaten Rembang berbasis pada pertanian.
(4)
Ketua Partai
Demokrat menjadi calon Presiden Republik Indonesia.
(5)
Beberapa mahasiswa
yang sangat kreatif itu sedang membahas secara serius masalah aktivitas
kesenian mahasiswa di ruang rapat BEM fakultas.
2.5.2
Pola Kalimat Majemuk
Pola kalimat
majemuk terdiri atas kalimat majemuk setara dan bertingkat. Kalimat majemuk
setara bersifat koordinatif, tidak saling menerangkan. Kalimat majemuk
setara ada 4 jenis, yakni (1) setara gabungan menggunakan kata dan,
serta; (2) setara pilihan menggunakan kata atau; (3) setara
urutan menggunakan kata lalu, lantas, kemudian; dan (4) setara
perlawanan menggunakan kata tetapi.
Perhatikan contoh-contoh berikut ini!
(1)
Kalimat majemuk
setara menggunakan kata dan, serta.
Dosen menerangkan pola kalimat dan mahasiswa mendengarkan
dengan seksama.
Guru serta para siswa melakukan jalan santai bersama-sama.
(2)
Kalimat majemuk
setara pilihan menggunakan kata atau.
Anda akan ikut kuliah atau seminar?
(3)
Kalimat majemuk
setara urutan menggunakan kata lalu, lantas, kemudian.
Seusai mengikuti kuliah, ia lalu bekerja di toko buku.
Adam setelah menyelesaikan kuliah lantas bekerja.
Kami bekerja dan menabung kemudian mengawali bisnis ini.
(4)
Kalimat majemuk
setara perlawanan menggunakan kata tetapi, melainkan, sedangkan.
Para siswi SMU mengharapkan nilai ujian nasional tinggi, tetapi malas
belajar.
Ia bukan pandai melainkan rajin
Bapak membaca koran, sedangkan ibu memasak di dapur.
Mengenai kalimat
majemuk bertingkat disusun berdasarkan jenis anak kalimatnya. Kalimat majemuk
bertingkat ada 8 macam. Kedelapan macam kalimat majemuk bertingkat itu
dibedakan menurut jenis anak kalimat. Kedelapan macam kalimat majemuk
bertingkat tersebut ialah sebagai berikut.
(1)
Anak kalimat
keterangan waktu menggunakan kata ketika, waktu, saat, setelah, sebelum.
Banjir
melanda desa Undaan Kabupaten Kudus setelah turun hujan lebat.
(2)
Anak kalimat
keterangan sebab menggunakan kata sebab, lantaran, karena.
Orang
itu meninggal karena penyakit kanker.
(3)
Anak kalimat
keterangan hasil (akibat) menggunakan kata hingga,
sehingga, akhirnya.
Mahasiswa
itu bekerja keras sehingga lulus ujian dengan nilai baik.
(4)
Anak kalimat
keterangan syarat menggunakan kata jika, apabila, kalau, andaikata.
Andaikata
engkau lulus ujian skripsi dengan predikat terpuji, bagaimana perasaanmu?
(5)
Anak kalimat
keterangan tujuan menggunakan kata agar, supaya, demi, untuk, guna.
Agar
tidak terlambat kuliah, kita harus berangkat lebih awal.
(6)
Anak kalimat
keterangan cara menggunakan kata dengan, dalam.
Guru
itu menerangkan matematika dengan metode pengajaran terpadu.
(7)
Anak kalimat ke
terangan posesif menggunakan kata meskipun, walaupun, biarpun.
Biarpun
baru pukul 06.30, saya sudah berangkat kuliah.
(8)
Anak kalimat
keterangan pengganti nominal menggunakan
kata bahwa.
Rektor
Universitas Muria Kudus menegaskan bahwa mahasiswa harus disiplin kuliah.
Pola kalimat
dibagi menjadi dua yaitu pola kalimat dasar dan pola kalimat majemuk. Pola
kalimat dasar terdiri atas subjek dan predikat sedangkan pola kalimat majemuk
terdiri atas kalimat majemuk setara dan bertingkat.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kalimat merupakan
bagian ujaran atau tulisan yang mempunyai struktur minimal subjek (S), predikat
(P), dan intonasi finalnya menunjukkan bagian ujaran atau tulisan itu sudah
lengkap dengan makna (bernada berita, tanya, atau perintah).
Kalimat diucapkan
dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan
intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan.
Berbahasa berarti menyusun
kalimat, yakni merangkai kata yang membentuk satuan fungsi subjek, predikat,
objek, pelengkap, dan keterangan ke dalam sebuah kalimat. Rangkaian kalimat
yang banyak dan bermacam-macam dalam satu kesatuan makna akan mampu membuat
cara berbicara kita menjadi mudah untuk dipahami oleh orang lain.
3.2 Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini diharapkan agar pembaca
khususnya mahasiswa UMK dapat lebih mengetahui dan memahami pola dasar kalimat
bahasa Indonesia dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia Akuntansi.
DAFTAR
PUSTAKA
Kanzunnudin,
Mohammad. 2017. Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama.
0 Response to "Makalah pemahaman kalimat ~ bahasa indonesia"
Post a Comment
Berkomentarlah dengan bijaksana