Makalah teori akuntansi ~ Teori Konsep Pendapatan, Beban, Current Cost Accounting pada SAK ETAP BAB 5 Laporan Laba Rugi
Konten [Tampil]
Teori
Konsep Pendapatan, Beban, Current Cost Accounting pada SAK ETAP BAB 5 Laporan
Laba Rugi
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata Kuliah Teori
Akuntansi
Dosen Pengampu Dennyca Hendriyanto N, S.E., M.Si.
oleh
Nama Ricky
Raffi Alhanif
NIM 201612089
Kelas VB
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2017
PRAKATA
Puji dan syukur saya ucapkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya
kepada saya sehingga tugas makalah yang saya buat ini dapat saya selesaikan
dengan lancar.
Tugas yang saya buat ini
ditujukan untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia dan juga kami mengucapkan
terimakasih kepada
1. Dennyca Hendriyanto N selaku dosen Teori Akuntansi yang telah memberikan materi yang
kami pelajari.
2. Pihak-pihak
yang telah membantu saya melancarkan tugas ini, memberikan semangat serta
motivasi kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Saya sudah menulis makalah
ini dengan sebaik-baiknya, namun jika ada kekurangan saya mohon untuk kritik
dan saran yang membangun untuk saya.
Saya berharap dengan
ditulisnya makalah ini dapat memberikan manfaat dalam mendalami materi mengenai
Teori Akuntansi.
Kudus, 4 April 2017
(Penulis)
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat
digunakan untuk menilai kinerja manajer
dalam menginvestasikan dana dari para stakeholder. Termasuk didalam bisnis
entitas tanpa akuntabilitas publik. Didalam SAK ETAP mensyaratkan entitas untuk
menyajikan laporan keuangan untuk suatu periode yang merupakan kinerja
keuangannya selama periode tersebut. Juga mengatur informasi yang disajikan
dalam laporan laba rugi serta bagaimana penyajiannya.
Konsep pendapatan adalah suatu konsep mengenai bagaimana kita
mendefinisikan, mengukur, membentuk, merealisasi, serta mengakui pendapatan
tersebut. Dengan adannya konsep tersebut kita dapat membandingkan apakah laporan laba rugi
berdasarkan SAK ETAP ketika mengakui pendapatan sesuai dengan konsep tersebut.
Begitu juga, konsep beban merupakan konsep mengenai bagaimana kita
mendefinisikan, mengukur, membentuk, merealisasi, serta mengakui pendapatan
terebut. Dengan adanya konsep tersebut kita dapat membandingkan apakah laporan
laba rugi berdasarkan SAK ETAP ketika
mengakui beban atau biaya sudah sesuai dengan konsep tersebut.
Current cost accounting, merupakan prinsip mengakui biaya
diakutansi untuk menggunakan nilai sekarang tetapi labanya berdasarkan pada nilai
saat aset tersebut dibeli. Contoh penerapannya adalah ketika menghitung cost
of good sales, dengan menggunakan dasar tersebut akan ada keuntungan atau
kerugian dalam proses penyimpanan persediaan, yang akan berpengaruh terhadap
penilaian harga pokok penjualan barang tersebut. Current cost accounting
merupakan lawan dari historical cost yaitu prinsip mengakui biaya
diakuntansi untuk menggunakan harga beli pada masa lampau. Contoh dasar dalam
menetapkan cost of good sales.
Hal ini merupakan suatu peristiwa yang menarik untuk diketahui apakah
ada hubungan kedudukan teori konsep pendapatan, beban, dan current cost
accounting terhadap SAK ETAP BAB 5 mengenai laporan laba rugi. Oleh karena itu penulis berusaha untuk
memberikan pemahaman tentang pertanyaan tersebut dalam makalah ini. Semoga
makalah ini dapat menjadi jawaban dan memberikan pemahaman terkait pertanyaan
yang dikaji.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Apa definisi pendapatan,
pengukuran, pembentukan, realisasi, serta pengakuan pendapatan menurut konsep pendapatan.
b.
Apa definisi beban,
pengukuran, pembentukan, realisasi, serta pengakuan beban menurut konsep beban.
c.
Apa dasar pemikiran current
cost accounting, current cost dalam praktik dan evaluasi akuntansi berbasis
current cost.
d.
Apakah teori konsep pendapatan
memiliki hubungan positif dengan SAK ETAP bab 5 Laporan Laba Rugi.
e.
Apakah teori konsep beban
memiliki hubungan positif dengan SAK ETAP bab 5 Laporan Laba Rugi.
f.
Apakah teori konsep current
cost accounting memiliki hubungan negatif dengan SAK ETAP bab 5 Laporan Laba
Rugi.
1.3 Tujuan
a.
Mengetahui dan memahami
definisi pendapatan, pengukuran, pembentukan, realisasi, serta pengakuan
pendapatan menurut konsep pendapatan.
b.
Mengetahui dan memahami
beban, pengukuran, pembentukan, realisasi, serta pengakuan beban menurut konsep
beban.
c.
Mengetahui dan memahami
dasar pemikiran current cost accounting, current cost dalam praktik dan
evaluasi akuntansi berbasis current cost.
d.
Mengetahui apakah teori
konsep pendapatan memiliki hubungan positif dengan SAK ETAP bab 5 Laporan Laba
Rugi.
e.
Mengetahui apakah teori
konsep beban memiliki hubungan positif dengan SAK ETAP bab 5 Laporan Laba Rugi.
f.
Mengetahui apakah teori
konsep current cost accounting memiliki hubungan negatif dengan SAK ETAP bab 5
Laporan Laba Rugi.
1.4 Manfaat
a.
Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami teori konsep pendapatan, beban, current
cost accounting, memiliki pengaruh terhadap SAK ETAP BAB 5 mengenai laporan
laba rugi.
b.
Bagi Pendidikan
Pembelajaran Teori Akuntansi diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam memahami teori konsep pendapatan, beban, current cost
accounting, memiliki pengaruh terhadap SAK ETAP BAB 5 mengenai laporan laba
rugi.
a.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pendapatan
a.
Definisi pendapatan
1.
Dalam Financial
Accounting Standar Board (FASB) dalam SFAC no 6, menyatakan bahwa.
Penghasilan komprehensif adalah perubahan dalam ekuitas suatu perusahaan bisnis
selama suatu periode yang berasal dari transaksi-transaksi dan
peristiwa-peristiwa lain atau kejadian lain yang bukan berasal dari sumber pemilik.
Termasuk semua perubahan dalam ekuitas selama periode tertentu kecuali yang
diakibatkan dari investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemiliknya.
2.
IASB,s Framework, income
is increasing in economic benefits during the accounting period in the form of
inflows or enhancement of asset and decreases of liabilities that result in
increase of equity, other than those relating to contribution from equity of
participants. The definition of income encompasses both revenue and gains, and
revenue erise in the course of orninary activities of an enterprise and is
referred to by diferrent names, such as sales, fees interest, dividend,
royalties and rent.
3.
Menurut Vernom Kam,
Pendapatan adalah perubahan dalam modal dari satu kesatuan usaha antara dua
titik waktu yang berbeda, kecuali perubahan yang disebabkan karena investasi
oleh dan distribusi kepada pemilik, dimana modal dinyatakan dalam nilai dan
didasarkan pada skala tertentu.
Secara sintaktik kita mengenal istilah accounting
income atau laba akuntansi yang merupakan hasil penandingan antara
pendapatan dan beban, atau selisih antara pendapatan dan beban yang berdasarkan
pada prinsip realisasi dan aturan maching yang memadai.
b.
Pengukuran pendapatan
Pendapatan diukur dalam satuan nilai tukar produk/jasa dalam suatu
transaksi yang bebas. Nilai tukar tersebut menunjukan ekuivalen kas atau nilai
diskonto tunai dari uang yang diterima atau akan diterima dari transaksi
penjualan.
IAI juga menganut prinsip yang sama yaitu mengukur pendapatan
berdasarkan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Yang
dimaksud nilai wajar disini adalah suatu jumlah dimana suatu aktiva mungkin
ditukar atau suatu hutang diselesaikan antara pihak memahami dan berkeinginann
untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction).
Dalam beberapa hal, nilai tersebut mungkin ekuivalen dengan harga yang
disepakati dari transaksi dengan pembeli. Namum demikian, cadangan tertentu
harus dibentuk sampai kas benar-benar diterima. Misalnya penjualan kas sebesar
Rp 100.000, akan menghasilan pendapatan sebesar Rp 100.000. akan tetapi, untuk
penjualan yang pembayarannya dilakukan pada periode berikutnya mungkin akan
menghasilkan pendapatan kurang dari Rp 100.000. hal ini dapat terjadi karena
kemungkinan adanya potongan yang diberikan atas penjualan tersebut.
c.
Pembentukan dan realisasi
pendapatan
Imam (2007), pembentukan pendapat dan realisasi pendapatan adalah dua
konsep yang berbeda tetapi saling mendukung, yang sering digunakan untuk
menjelaskan pendapatan. Pembentukan pendapatan sering berkaitan dengan kapan
pendapatan dianggap terbentuk, sedang realisasi berkaitan dengan pertanyaan
kapan pendapatan dianggap terealisasi dalam suatu transaksi. Dua konsep ini
sering digunakan untuk mengakui pendapatan ke dalam struktur akuntansi sehingga
dapat mempengaruhi laporan keuangan.
Pembentukan pendapatan adalah suatu konsep yang menjelaskan proses
terjadinya pendapatan. Secara konseptual, pendapatan dianggap terbentuk
bersamaan dengan seluruh proses berlangsungnya kegiatan perusahaan. Jadi proses
pembentukan pendapatan dimulai dari kegiatan produksi, penjualan dan
pengumpulan piutang. Hal ini berarti bahwa apabila sejumlah potensi jasa
tertentu yang melekat pada aktiva telah terbentuk selama kegiatan produksi,
otomatis telah terbentuk pendapatan, meskipun belum terjadi penjualan. Jadi,
pendapatan belum akan terjadi sebelum perusahaan melakukan kegiatan produksi.
Realisasi pendapatan merupakan teknik akuntansi yang dijadikan dasar
untuk menandai pengakuan pendapatan. Atas dasar konsep ini, pendapatan baru
terbentuk setelah produk selesai dikerjakan dan terealisasi melalui penjualan
baik secara langsung maupun melalui kontrak penjualan. Diterimanya kas atau
kesanggupan membayat dari pihak pembeli merupakan proses realisasi pendapatan.
Dengan demikian proses realisasi pendapatan ditandai oleh dua kejadian berikut:
a.
Adaanya kepastian perubahan
produk menjadi bentuk aktiva lain melalui kegiatan penjual yang sah.
b.
Diperolehnya aktiva lain
sebagai pengesahan terhadap transaksi penjualan tersebut.
Dari kedua kejadikan diatas dapat dikatakan bahwa proses realisasi pada
dasarnya merupakan penegasan terhadap proses pembentukan pendekatan pendapatan.
d.
Pengakuan pendapatan
Imam (2007), menyatakan bukti obyektif sangat diperlukan untuk
mengakui adanya perubahan nilai aktiva/hutang yang akan dicatat sebagai
pendapatan. Untuk menentukan kapan pendapatan diakui, biasanya didasarkan pada
beberapa kriteria tertentu. Apabila kondisi tertentu mengakibatkan dipenuhinya
kriteria tersebut, maka kejadian tersebut menandai pengakuan pendapatan.
Penggunaan kriteria tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi
akuntansi yang relevan dan dapat dipercaya/andal.
Kieso, Weygandt, dan Warfield yang telah diterjemahkan oleh Emil Salim
(2007:515), menyatakan bahwa:
“prinsip pengakuan pendapatan menetapkan pendapatan diakui pada
saat direalisasikan atau dapat direalisasikan dan dihasilan”
FASB (1980) dalam SFAC no 5, menyatakan bahwa ada dua kriteria yang
dapat dijadikan dasar mengakui pendapatan, yaitu;
1.
Telah terjadi (realized),
yaitu bila telah terjadi transaksi pertukaran antara barang yang dihasilkan
perusahaan dengan kas atau klaim untuk menerima kas. Atau, kepastian akan
segera terealisasi (realizable), dimana barang hasil pertukaran dapat
segera diubah/konversi menjadi kas atau klaim untuk menerima kas. Syarat barang
yang mudah dikonversi adalah
ü
Memiliki harga per unit
yang pasti dan batang tersebut tidak terpengaruh oleh perubahan bentuk dan
ukuran barang, misalnya logam mulia.
ü
Mudah dijual tanpa
memerlukan biaya yang besar.
2.
Pendapatan telah terbentuk
(earned), yaitu bila kegiatan menghasilkan barang dan jasa telah
berjalan dan secara substansial telah selesai.
Kriteria pengakuan pendapatan yang lebih bersifat teknis di kemukakan
oleh Kam (1990). Menurut Kam, ada tiga kriteria yang dapat digunakan untuk
mengakui pendapatan, yaitu keterukuran nilai aktiva, terjadinya transaksi, dan
proses pembentukan pendapatan secara substansial telah selesai.
Salah satu kriteria pendapatan adalah measurability, dimana pendapatan
itu dapat ditentukan besarnya dengan
wajar agar didalam lapora keuangan itu tidak tercermin pendapatan yang terlalu
tinggi (overstated) dan terlalu rendah (understated). Maka menurut IAI, PSAK no
23 menjelaskan sebagai beriku:
“pendapatan harus diukur dengan nilai wajar yang diterima atau yang
dapat diterima”
Dengan memperhatikan konsep dan kriteria pengakuan pendapatan yang
telah dibahas diatas, dapat disimpulkan bahwa pengakuan pendapatan secara umum
digunakan dalam praktik adalah
1.
Pendapatan diakui selama
kegiatan produksi, meskipun produk yang dihasilkan perusahaan masih dalam
proses produksi. prosedur yang digunakan adalah prosentase penyelesaian. Cara
ini umumnya dijumpai pada perusahaan kontraktor yang mengerjakan proyek-proyek
yang memakan waktu beberapa periode akuntansi. Misalnya perusahaan pembuat
kapal, lokomotif dan gedung.
Pengakuan pendapatan dengan cara ini dapat dilakukan
bila harga kontrak sudah pasti dan taksiran cost untuk menyelesaikan kontrak
dapat dipertanggungjawabkan. Apabila kriteria tersebut dapat dipenuhi, sangat
memungkinkan untuk menentukan taksiran besarnya pendapatan. Besarnya pendapatan
dapat ditaksir berdasarkan akumulai cost yang terjadi selama penyelesaian
pekerjaan.
Taksiran tersebut dapat dilakukan dengan dua
pendekatan.
a.
Berdasarkan prosentase
biaya.
b.
Berdasarkan prosentase
penyelesaian fisik.
Perlu
diketahui bahwa pengakuan pendapatan yang menggunakan metode ini harus
dilakukan, apabila perusahaan ingin mempertahankan pengukuran laba dengan
takaran periode. Yang selama ini terjadi, pendapatan biasanya diakui sebesar
harga kontrak setelah kegiatan produksi selesai dan barang diserahkan kepada
pemesan. Perlakukan ini sebesarnya dapat menyebabkaan adanya ketidakseimbangan
antara volume pendapatan dengan volume kegiatan produksi pada setiap periode.
Oleh karena itu, praktik yang konservatif menyetujui pengakuan pendapatan atas
dasar prosentase penyelesaian.
2.
Pendapatan diakui saat
produk selesai
Pengkuan pendapatan atas dasar produk selesai biasanya
dianggap tepat untuk industri pertambangan dan pertanian, seperti emas, timah,
gandum. pada jenis usaha ini, umumnya produk yang dihasilkan memiliki harga
yang sudah pasti dan pemasarannya terjamin. Dengan demikian, apabila produk
tertentu dapat dipastikan akan terjual dengan harga tertentu, maka pendapatan
dapat diakui pada saat selesainya produksi. ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi pada saat selesainya produksi, yaitu.
a.
Harga jual dapat ditentukan
dengan cukup tepat.
b.
Tidak diperlukan
kegiatan/biaya pemasaran yang meterial untuk menjual produk tersebut.
c.
Cost produk sulit untuk
ditentukan.
d.
Satuan-satua persediaan
dapat saling dipertukarkan.
Apabila
sebelum produk selesai sudah terdapat kontrak yang jelas dan pasti, maka
pendapatan dapat segera diakui. Hal ini disebabkan kriteria pembentukan dan
realisasi pendapatan telah terpenuhi. Jadi selesainya produk merupakan kejadian
kritis yang menjadi dasar pengakuan pendapatan. Dalam kontrak kontruksi jangka
panjang, pengakuan semacam ini sering disebut metode kontrak selesai.
3.
Pendapatan di akui pada
saat penjualan
Pada kebanyakan perusahaan, pengakuan pendapatan pada
saat penjualan merupakan dasar yang paling jelas dan obyektif daripada dasar
pengakuan yang lain. Pengakuan pendapatan pada saat penjualan didasarka pada
alasan yang mengarah pada pengertian dan konsep pendapatan seperti yang
diajukan Patn dan Littleton (1940) sebagai berikut :
ü
Pendapatan merupakan jumlah
nominal yang menyatakan produk akhir operasi perusahaan. Oleh karena itu, harus
diakui dan diukur pada tingkat/titik kegiatan yang menentukan dalam aliran
kegiatan operasi perusahaan.
ü
Pendapatan harus
benar-benar terjadi dan didukung dengan timbulnya aktiva baru yang sah
(sebaliknya berupa kas atau piutang).
Atas dasar
alasan di atas, dapat dirumuskan bahwa saat penjualan dapat dijadikan dasar
pengakuan pendapatan karena proses pembentukan pendapatan telah cukup selesai
dan proses realisasi pendapatan telah terjadi.
Yang menjadi
masalah adalah kapan saat yang tepat untuk dijadikan dasar menandai terjadinya
penjualan? Secara yuridis, penjualan baru dapat dikatakan terjadi apabila telah
terjadi peralihan hak milik atas barang yang diperjualbelikan. Namun demikian,
peralihan hak merupakan masalah teknis yang seringkali tidak begitu
diperhatikan dalam akuntansi. Masalah lain yang sering timbul dalam pengakuan
pendapatan pada saat penjualan adalah biaya yang timbul setelah penjualan dan
penjualan barang yang pembelinya memiliki hak untuk mengembalikan barang.
2.2 Konsep Beban
a.
Karakteristik Biaya
1.
FASB (1980) mendefinisikan
biaya adalah aliran keluar (outflows) atau pemakaian aktiva atau timbulnya
hutang (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari
penjualan atau produksi barang, atau penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan
yang lain yang merupakan kegiatan utama suatu entitas.
2.
IAI (1994) mendefinisikan
biaya adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk atus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadi kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang todak menyangkut pembagian kepada penanam
modal.
Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa biaya pada akhirnya
merupakan aliran keluar aktiva meskipun kadang-kadang harus melalui hutang
lebih dahulu.
Kam (1990), mendefinisikan biaya sebagai penurunan nilai aktiva atau
kenaikan hutang atau kenaikan ekuitas pemegang saham sebagai akibat pemakaian
barang atau jada oleh suatu unit usaha untuk menghasilkan pendapatan pada
periode berjalan.
Dari definisi di atas, definisi yang dikemukakan IAI sejalan dengan
definisi yang diajukan Kam. Keduanya mendefinisikan biaya dari sudut pandang
peristiwa moneter. Sebaliknya definisi yang dikemukakan FASB cenderung agak
berbeda dengan definisi yang dikemukakan Kam. Perbedaan sudut pandang tersebut
dapat dianalisis sebagai berikut.
Pertama, definisi yang diajukan FASB tidak
menunjukan perbedaan yang jelas antara peristiwa moneter dan peristiwa fisik.
Perlu diketahui bahwa laba, pendapatan, dan beban saling berkaitan erat dengan
nilai dari suatu obyek ekonomi tertentu. Jadi, pendapatan dan biaya memiliki
sifat moneter karena dihasilkan dari peristiwa yang menyebabkan perubahan dari
peristiwa yang menyebabkan perubahan moneter obyek ekonomi tersebut. Biaya
menunjukan peristiwa moneter yang berasal dari pemakaian barang dan jasa
(peristiwa fisik) dalam kegiatan operasional perusahaan. Apabila diperhatikan,
jelas terlihat bahwa FASB lebih menekankan pada peristiwa fisik yaitu penjualan
barang atau produk yang dihasilkan. Menurut Kam(1990), penggunaan istilah
“pemakaian barang dan jasa” lebih tepat dari pada istilah “pemakaian aktiva”.
Kedua, pemakaian aktiva harus menunjukkan
adanya suatu cost yang dinyatakan keluar sebagai biaya. Hal ini sesuai dengan
alasan yang dikemukakan sebelumnya bahwa biaya menunjukkan adanya perubahan
nilai. Perubahan nilai menunjukkan pengorbanan yang dilakukan suatu entitas
dalam memperoleh pendapatan. Jadi, apabila tidak ada cost, otomatis tidak akan
ada biaya.
Ketiga, apabila dilihat dari pandangan tradisional, definisi yang
dikemukakan FASB menunjukkan bahwa biaya hanya dihasilkan dari pemakaian aktiva
untuk tujuan menghasilkan pendapat pada periode berjalan. Apabila prinsip
penandingan dilakukan dengan tepat, maka pembebanan biaya harus ditunda lebih dahulu
sebagai aktiva, selama pemanfaatan jasa masa sekarang dapat membantu
menghasilkan pendapatan pada periode yang akan datang. FASB tidak menunjukkan
hal tersebut.
Atas dasar definisi biaya diatas dapat dikatakan bahwa yang termasuk
biaya hanya cost yang benar-benar dikorbankan untuk menghasilkan pendapatan.
Penggunaan aktiva atau pengurangan cost aktiva yang tidak berkaitan dengan
proses memperoleh pendapatan seharusnya dikelompokan sebagai rugi (lossses).
Memang rugi dan biaya merupakan perubahan yang relevan, yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan laba perusahaan. Akan tetapi, hanya biaya yang
harus ditandingkan dengan pendapatan pada periode terjadinya.
Dari definisi yang terdapat di konsep dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan, IAI (1994) tidak memisahkan biaya dengan rugi. Jadi semua
potensi jasa baik yang digunakan secara langsung ataupun tidak langsung untuk
memperoleh pendapatan disebut dengan biaya. IAI (1994) bahkan secara spesifik
menyebutkan hal tersebut yang tertulis pada paragraf berikut ini “Kerugian
termasuk dalam kelompok beban”.
b.
Pengukuran Biaya
Sejalan dengan penilaian aktiva, biaya dapat diukur atas dasar jumlah
rupiah yang digunakan untuk menilai aktiva dan hutang. Oleh karena itu,
pengukuran biaya dapat didasarkan pada:
a.
Cost Historis
Adalah jumlah rupiah kas atau
setaranya yang dikorbankan untuk memperoleh aktiva. Pengukuran biaya atas dasar
cost historis, dapat digunakan untuk jenis aktiva seperti gedung, peralaan dan
sebagainya.
b.
Cost Pengganti/Cost Masukan
Terkini
Menunjukkan jumlah rupiah harga
pertukaran yang harus dikorbankan untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam
kondisi yangsama.
c.
Setara Kas
Adalah jumlah rupiah kas yang
dapat direalisir dengan cara menjual setiap jenis aktiva dipasar bebas dalam
kondisi perusahaan normal. Nilai ini biasanya didasarkan pada catatan harga
pasar barang bebas yang sejenis dalam kondisi yang sama. Pos aktiva berwujud
biasanya menggunakan dasar penilaian ini.
Meskipun ada berbagai dasar penilaian, dalam praktik yang paling banyak
digunakan untuk mengukur biaya adalah cost historis.
c.
Pengakuan Biaya
Pada dasarnya cost memiliki dua
kedudukan penting, yaitu.
1.
Sebagai aktiva (potensi
jasa).
2.
Sebagai beban pendapatan
(biaya).
Atas dasar konsep kontinuitas usaha, cost mula-mula diperlakukan sebagai
aktiva dan kemudian baru diperlakukan sebagai pengurang pendapatan. Misalnya,
cost persediaan pada awalnya dicatat diakui sebagai aktiva. Apabila cost
tersubat telah dinyatakan keluar untuk menghasilkan pendapatan, maka cost
tersebut dinyatakan sebagai biaya, dengan nama cost barang terjual (cost of
goods sold).
Proses pembebanan cost pada dasarnya
merupakan proses pemisahan cost. Oleh karena itu, agar informasi yang
dihasilkan akurat, bagian cost yang telah diakui sebagai biaya pada periode
berjalan dan bagian cost yang akan dilaporkan sebagai aktiva harus dapat
ditentukan dengan jelas.
Ada dua masalah yang muncul sehubungan
dengan pemisahan cost tersebut, yaitu :
1.
Kriteria yang digunakan
untuk menentukan cost tertentu yang harus dibebankan pada pendapat periode
berjalan.
2.
Kriteria yang digunakan
untuk menentukan bahwa cost tertentu ditangguhkan pembebanannya.
Semua cost dapat ditangguhkan pembebanannya sebagai biaya, apabila cost
tersebut memenuhi kriteris sebagai aktica yaitu:
Ø
Memenuhi definisi aktiva
(memiliki manfaat ekonomi masa mendatang, dikendalikan perusahaan, berasal dari
transaksi masa lalu).
Ø
Ada kemungkinan yang cukup
bahwa manfaat ekonomi masa mendatang yang melekat pada aktiva dapat dinikmati
oleh entitas yang menguasai.
Ø
Besarnya manfaat dapat
diukur dengan cukup andal.
Atas dasar hal tersebut, maka cost yang dikeluarkan memenuhi kriteria
sebagai aktiva, maka cost tersebut dapat ditunga pembebanannya. Namun demikian
apabila terdapat kasus dimana cost yang jenis pengeluarannya terjadi berulang
ulang setiap periode, cost tersbut dapat langusng dibebankan sebagai biaya pada
periode terjadinya. Kondisi ini tidak berlaku untuk persediaan dan persekot
biaya.
Dari uraian diatas, secara umum dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
konsep penandingan, pengakuan biaya pada dasarnya sejalan dengan pengakuan
pendapatan. Apabila pengakuan pendapatan ditunda, maka pembebanan biaya juga
akan di tunda. Untuk mengatasi berbagai perbedaan pendapat tentang pengakuan
biaya, biasanya badan berwenang mengeluarkan aturan tertentu untuk mengakui
biaya. IAI(1994), misalnya dalam konsep dasat penyusunan dan penyajian laporan
keuangan menyatakan bahwa
“beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi
masa darang yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau kenaikan kewajiban
telah terjadi dan dapat diukur dengan andal(paragraf 94).
d.
Konsep Penandingan
(Imam, 2007), konsep penandingan adalah konsep yang dimaksudkan untuk
mencari dasar hubungan yang tepat dan rasional antara pendapatan dan biaya.
Pendapatan merupakan hasil yang dituju perusahaan, sementara cost yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut merupakan upaya yang dilakukan
perusahaan. Dengan demikian, pendapatan harus ditandingkan dengan biaya yang
diperkirakan telah menghasilkan pendapatan tersebut, agar dihasilkan besarnya
laba yang tepat.
Dalam praktik, ada 3 dasara penandingan yang umum digunakan untuk
mencari hubungan antara biaya dengan pendapatan dalam satu periode tertentu.
Dasar penandingan tersebut adalah
1.
Hubungan sebab akibat.
Komite AAA (dikutip Kam, 1990)
menyarankan menggunakan hubungan sebab akibat sebagai dasar penandingan. Mereka
menyatakan “biaya harus dihubungkan dengan pendapatan yang direalisasikan
selama periode tertentu atas dasar korelasi positif yang dapat dilihat
hubungannya antara cost tersebut dengan pendapatan diakui.”
Dasar yang paling ideal untuk
menandingkan biaya dengan pendapatan adalah hubungan sebab akibat. Meskipun
dasar ini sulit untuk dibuktikan, namun atas dasar pengamatan yang dilakukan
para akuntan menunjukkan bahwa barang dan jasa tertentu yang digunakan dalam
proses produksi pada akhirnya akan membantu dalam proses menghasilkan
pendapatan selama periode tertentu. Oleh karena itu, dasar penandingan ini
sering disebut dengan penandingan langsung.
Contoh dari biaya yang dapat
ditandingkan dengan dasar penandingan langsung adalah biaya komisi penjualan,
gaji dan upah, sertta barang terjual.
2.
Alokasi sistematis dan
rasional
(imam, 2007), Alokasi sistematik dan rasional sering disebut dengan
dasar penandingan periodik (period matching) atau penandingan tidak
langsung. Alokasi sistematik dan rasional dapat digunakan sebagai dasar
penandingan apabila dasar penandingan hubungan sebab akibat tidak dapat
dilakukan. Atas dasar konsep penandingan ini, ukuran penandingan yang digunakan
bukan produk tetapi periode. Dengan demikian, biaya diakui dan dihubungkan
dengan pendapatan pada periode terjadinya. Cost yang terjadi dapat dialokasikan
dalam beberapa periode, dan dapat juga langsung diakui dan dibebankan sebagai
biaya. Pemilihan terhadap dua alternatif tersebut tergantung pada keadaan yang
melandasi timbulnya cost tersebut.
Apabila manfaat cost suatu aktiva lebih dari satu periode, maka cost tersebut
dialokasikan secara sistematis pada periode yang menikmati manfaat tersebut.
Depresiasi aktiva tetap merupakan contoh alokasi sistematis. Masalah yang
sering muncul dalam alokasi ini adalah banyaknya metode alokasi yang dapat
digunakan dalam proses alokasi cost. Depresiasi dapat menggunakan metode
alokasi seperti garis lurus, output produksi, jumlah angka tahun dan
sebagainya.
Ada beberapa alasan yang mendukung pemakaian alokasi sistematis dan
rasional.
Pertama, banyak cost periodik yang berhubungan secara tidak
langsung dengan pendapatan periode berjalan. Dengan demikian, tidak ada
penyimpangan yang material dalam prinsip penandingan apabila biaya diakui pada
saat barang/jasa digunakan/dijual. Contoh, biaya sewa toko dapat dihubungkan
dengan penjualan selama periode penyewaan.
Kedua,pada beberapa kasus sulit mencari hubungan langsung antara
cost tertentu dengan pendapatan. Apabila cost dikeluarkan untuk kegiatan
operasional perusahaan, maka cost tersebut harus diakui sebagai biaya pada
periode terjadinya. Misalnya, pengeluaran untuk pendapatan tertentu, namun
harus tetap diakui sebagai biaya pada saat dikeluarkan.
Ketiga, apabila manfaat masa mendatang tidak dapat diukur dengan
cukup pasti atau cost yang dikeluarkan tidak memiliki hubungan dengan pendapatan
di masa mendatang, maka tidak ada alasan untuk menunda pembebanan cost sebagai
biaya pada periode terjadinya. Misalnya, biaya yang dikeluarkan untuk rekreasi
karyawan.
Keempat, apabila biaya bersifat rutin dan terjadi berulang-ulang,
maka pembebanan langsung secara material tidak akan berpengaruh terhadap laba
bersih, meskipun penandingan yang tepat tidak dapat dicapai. Hal ini dapat
dilihat pada kasus cost penelitian dan pengembangan. Walaupun cost ini dapat
memberi manfaat di masa mendatang, namun cost tersebut tetap diakui sebagai
biaya pada periode terjadinya. Hal ini disebabkan cost terjadi secara rutin dan
berulang-ulang serta dalam jumlah yang relatif tetap.
Kelima, apabila cost tersebut merupakan joint-cost, maka alokasi
arbitrer harus dilakukan pada kegiatan yang berbeda. Apabila alokasi cost
dilakukan mencakup periode yang berbeda, sebaiknya tidak dilakukan alokasi
arbitrer. Hal ini disebabkan alokasi tersebut akan memberikan hasil yang lebih
menyesatkan daripada tidak dilakukan alokasi. Alokasi seolah-olah akan
memberikan adanya kecermatan padahal kenyataannya tidak. Misalnya pajak bumi
dan bangunan tidak dapat dialokasikan pada masing masing kegiatan perusahaan
atas dasar alokasi yang lain kecuali atas dasar atbitrer. Dengan demikian, pajak
bumi dan bangunan tidak perlu dialokasikan pada masing-masing kegiatan
tersebut.
3.
Pembebanan segera
(imam, 2007) Apabila tidak ada
alasan yang kuat untuk membebankan cost atas dasar hubungan sebab akibat
ataupun alokasi sistematis dan rasional, maka cost langsung dapat dibebankan
pada periode terjadinya. Alasan yang melandasi pembebanan dengan cara ini
adalah kepraktisan. Misalnya pencatatan terhadap biaya advertensi.
Cost yang dikeluarkan untuk kegiatan
advertensi sulit untuk dihubungkan dengan pendapatan atas dasar hubungan sebab
akibat. Disamping itu, cost tersebut kemungkinan memiliki manfaat lebih dari
satu periode akuntansi. Namun demikian, karena manfaat tersebut sulit untuk
diukur, pembebanan atas dasar alokasi sistematis juga tidak dapat dilakukan dengan
tepat. Konsumen mungkin saha membeli produk perusahaan karena dipengaruhi oleh
advertensi dibebankan langsung sebagai biaya. Pembebanan ini berlaku juga untuk
cost penelitian dan pengembangan.
Dalam statement FASB no 2 yaitu Accounting
fo Research and development cost disebutkan bahwa dasar penandingan
hubungan sebab akibat dan alokasi sistematis tidak dapat diterapkan untuk cost
penelitian dan pengembangan. Hal ini disebabkan manfaat penelitian dan
pengembangan dimasa mendatang tidak dapat ditentukan dengan tepat, karena itu
cost tersebut tidak dapat dikapitalisasi dan dicatat sebagai aktiva. Cost
tersebut langsung dibebankan sebagai biaya pada periode terjadinya.
2.3 Current Cost Accounting
a.
Dasar pemikiran Current
Cost Accounting
1.
Argumen Edward dan Bell
(edward, bell, 2008) Berbagai
alternatif penghitungan laba memiliki salah satu tujuan untuk memberikan
informasi yang relevan bagi manajemen dan juga dalam rangka mempertahankan
modal yaitu bagaimana agar suatu entitas mampu menyediakan barang dan jasa dengan
kuantitas yang sama dengan kapasitas sebelumnya. Dengan demikian, konsep laba
menurut Edward dan Bell adalah dengan apa yang disebut business profit.
2.
Konsep Profit Bisnis
Komponen-komponen konsep profit
bisnis yang dikemukakan Edward dan Bell adalah
a.
current operating
profit.
Merupakan kelebihan current value output
terjual dari current cost input yang terkait.
b.
realizable cost
saving
Merupakan kenaikan current cost aset tersebut
selama dimiliki perusahaan tersebut pada current period.
Profit
bisnis harus dihitung dengan dasar yang sebenarnya, yaitu current cost.
Basisnya, dimana unsur-unsur lain seperti akibat perubahan tingkat harga secara
umum harus dieliminasi. Jadi dalam konsep ini, profit bisnis terdiri dari
current operating profit serta baik realized maupun unrealized holding gain or
losses. Sedangkan pada konsep konvensional, historical cost basis terdiri
dari gabungan current operating profit dan realized holding gains or lossess.
3.
Holding Gains dan Losses
(Winwin, 2007)Apa keuntungan
mengukur holding gains dan losses secara terpisah? Menahan (holding) aset
dengan komposisi tertentu adalah salah satu cara untuk meningkatkan posisi
perusahaan di pasar. Manajer dan pihak lainnya ingin mengetahui apakah
aktivitas holding tersebut berhasil. Dengan akuntansi konvensional, gains
dicatat hanya jika aset dijual atau didisposisi. Jadi pengukuran ini dapat
menunjukkan nilai lebih dari manajer.
Penting untuk membedakan keuntungan dan
kerugian dari operating activities dan holding activities dalam mengevaluasi
kinerja manajemen walaupun mengusahakan profit dari holding activities tidak
sepenting mengusahakan profit dari operating acivities. Namun pemisahan
pengukuran ini tidak berarti bagi beberapa ahli seperti Drake, dan Dopuch, yang
menyatakan bahwa beberapa keputusan manajemen dapat mempengaruhi kedua
komponen, sehingga dalam kasus tertentu, holding gains dan current operating
profit adalah hal yang terpisah satu sama lain.
b.
Current Cost dalam Praktik
FASB No 33, meminta perusahaan
untuk mengungkapkan informasi tentang:
a.
penghasilan (income)
dari operasi perusahaan yang berkelanjutan berdasarkan current cost basis
untuk tahun fiscal saat ini, menggunakan nominal dollar (unit skala dollar).
b.
Current cost untuk
inventory dan property, plant dan equipment pada akhir dari current fiscal
year, menggunakan nominal dollar.
c.
Perubahan dalam current
cost untuk current fiscal year dari inventory, property, plant dan equipment,
menggunakan constant dollar basis.
Perubahan dalam cost ini tidak
dimasukkan dalam income dari continuing operation. Untuk COGS, depreciation
expense, amortization expense, inventory dan property, plant dan equipment,
jumlah yang dapat ditutupu harus digunakan jika lebih rendahh dari current
cost. Perusahaan juga harus mengungkapkan informasi current cost berikut pada
nominal dollar basis untuk masing-masing 5 tahun terakhir :
Ø
Income dari continuing
operation
Ø
Income per lembar saham
dari continuing operation
Ø
Net assets pada fiscal year
end
FASB mempercayai bahwa income from continuing operating pada current
cost basis, dan peningkatan pada current cost dari aset, berguna untuk menaksir
kinerja financial dari perusahaan dan future cash flow dari perusahaan.
FASB mengizinkan perusahaan untuk
menggunakan berbagai metode untuk menentukan current cost, informasi
mungkin dikumpulkan secara internal maupun eksternal dan terhadap single item
atau kategori yang lebih luas. Contoh yang diberikan adalah
a. Indexation
ü Harga yang dihasilkan
secara eksternal melibatkan kelas barang atau jasa yang diukur.
ü Harga yang dihasilkan
secara internal melibatkan kelas brang atau jasa yang diukur.
b. Direct pricing
ü Current invoice prices
ü Daftar harga vendor atau
kutipa lain
ü Standar manufacturing
costs yang merefleksian current cost
Current cost pada penggunaan aset dapat
diukur dengan menggunakan 3 alternatif prosedur berikut ini:
-
Pengukuran langsung dari harga pembelian dari sebuah aset pada umur dan
kondisi yang sama dengan aset yang dimiliki.
-
Perkiraan dari harga pembelian dari sebuah aset baru yang serupa
dikurangi dengan allowance for depreciation.
-
Perkiran dari harga pembelian dari sebuah aset baru yang diimprovisasi
dikurangi dengan allowance untuk operating disadvantages dari aset yang
dimiliki dan allowance for depreciation.
c.
Evaluasi Akuntansi berbasis
Current Cost
Keuntungan utama dari akuntansi berbasis harga beli sekarang diakibakan
oleh perincian dan pemisahan income nilai sekarang ke dalam profit sekarang dan
keuntungan dan kerugian penyimpanan.
Pertama, dikotomi antara laba operasi sekarang dan
keuntungan dan kerugian penyimpanan adalah bermanfaat dalam mengevaluasi
kinerja manajer di masa lampau.
Kedua, dikotomi antara laba operasi
sekarang dan keuntungan dan kerugian penyimpanan manfaat untuk pembuatan
keputusan bisnis.
Ketiga, disini merode harga beli sekarang memungkinkan
dibuatnya pemisahan antara keuntungan dan kerugian yang terealisasi dengan
keuntugan dan kerugian yang tidak terealisasi.
Namun
demikian, terdapat juga beberapa kekurangan dari sistem harga beli sekarang.
setiap klaim tentang manfaat yang diturunkan dari kotomi income niai sekarang
ke dalam laba operasi sekarang dan keuntungan dan kerugian penyimpanan telah
ditentang. Sistem harga beli sekarang didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan
akan berjalan terus menerus dan memiliki data harga beli sekarang yang handa
yang dapat sebagai dasar penilaian tetapi tidak mencatat perubahan dalam level
harga umum, keuntungan dan kerugian penyimpanan aset, dan utang nonmoneter.
2.4 Apakah teori konsep pendapatan memiliki hubungan positif dengan
SAK ETAP bab 5 laporan laba rugi?
SAK ETAP (2016), dalam BAB 5 menjelaskan bahwa entitas tanpa
akuntabilitas publik untuk menyajikan laporan laba rugi suatu periode yang
merupakan kinerja keuangan selama periode tersebut. Bab tersebut juga mengatur
informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi dan bagaimana penyajiannya.
Laporan laba rugi menyajikan penghasilan dan beban untuk suatu periode.
Informasi yang disajikan di laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos
sebagai berikut
a.
Pendapatan
b.
Beban Keuangan
c.
Bagian Laba atau Rugi dari
investasi yang menggunakan metode ekuitas
d.
Beban pajak
e.
Laba atau rugi neto
Entitas harus menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya pada laporan
laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan
entitas.
Dalam menyajikan dampak koreksi atas kesalahan dan perubahan kebijakan
akuntansi yang disajikan sebagai penyesuaian terhadap periode yang lalu dan
bukan sebagai bagian dari laba atau rugi dalam periode terjadinya.
Pendapatan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi pemilik.
Pengakuan adalah proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi
laporan keuangan serta kriteria pengakuan, pengakuan dilakukan dengan
menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah jumlah rupiah
tertentu dan mencantumkannya dalam neraca atau laporan laba rugi. Pendapatan
diakui apabila;
a.
ada kemungkinan bahwa
manfaat ekonomi yang berkaitan dengan post tersebut akan mengalir dari atau ke
dalam perusahaan, dan
b.
pos tersebut mempunyai
nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal
Pengukuran adalah proses penentuan jumlah rupiah untuk mengakui dan
memasukkan setiap elemen laporan keuangan ke dalam neraca atau laporan laba
rugi. Pendapatan di ukur dengan menggunakan nilai realisasi/penyelesaian (realizable).
Pendapatan dinyatakan dalam jumlah kas yang dapat diperoleh sekarang dengan
menjual aktiva dalam pelepasan normal.
Definisi antara SAK ETAP dengan FASB dalam SFAC no 6, memiliki
kesamaan yaitu, pendapatan merupakan suatu transaksi yang dapat merubah modal
yang ada di dalam perusahaan tanpa adanya tambahan modal dari para pemilik
perusahaan tersebut.
Ketika mengukur pendapatan SAK ETAP menggunakan dasar nilai realisasi
hal ini sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh IAI yaitu mengukur
pendapatan berdasarkan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat
diterima. Hal tersebut sesuai dengan definisi yang ada di dalam PSAK no 23.
Nilai realisasi tersebut muncul ketika adanya kepastian perubahan
produk menjadi aktiva lain melalui kegiatan penjualan yang sah dan diperolehnya
aktiva lain sebagai akibat dari penjualan terebut.
Pendapatan diakui berdasarkan telah terjadi (realized), yaitu
bila telah terjadi transaksi pertukaran antara barang yang dihasilkan
perusahaan dengan kas atau klaim untuk menerima kas. Selain itu dalam SAK ETAP
tidak memperbolehkan menyajikan atau mengungkapkan pos pendapatan dan beban
sebagai “pos luar biasa”, baik dalam laporan laba rugi atau catatan atas
laporan keuangan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan CAP dalam ARB 32 yang
merekomendasikan penggunaan konsep current operating performance dengan
tujuan dapat meningkatkan daya banding earning. Laba atau rugi luar biasa harus
dikeluarkan dari laba bersih.
Berdasarkan alasan-alasan diatas dapat disimpulkan bahwa teori konsep
pendapatan tersebut memiliki hubungan positif dengan SAK ETAP, SAK ETAP dalam membuat standar yang akan di
publikasikannya menggunakan teori konsep tersebut.
2.5 Apakah teori konsep beban memiliki hubungan positif dengan SAK
ETAP bab 5 laporan laba rugi?.
SAK ETAP (2016) menyatakan entitas harus menyajikan suatu analisis
beban dalam suatu klasifikasi berdasarkan sifat atau fungsi beban dalam
entitas, mana yang memberikan informasi yang lebih andal dan relevan. Beban
merupakan penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadi kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas yang todak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Pertanyaan tersebut mirip dengan definisi yang diungkapkan oleh FASB, kemiripan
tersebut terletak pada adanya aliran sesuatu yang keluar baik aktiva atau
liabilitas dari transaksi penjualan/ pelaksanaan kegiatan utama suatu entitas
yang berasal dari suatu periode.
Entitas harus mengklasifikasikan beban berdasarkan fungsi,
mengungkapkan informasi tambahan berdasarkan sifat beban, termasuk penyusutan
dan beban amortisasi dan beban imbalan kerja.
Dalam pengukuran beban, SAK ETAP menggunakan dasar biaya historis
untuk mengakui adanya beban di dalam entitas, kemudian beban tersebut dianalis
dengan menggunakan sifat beban atau fungsi beban. Hal tersebut merupakan
penggunaan salah satu teori konsep beban yaitu biaya historis, dalam konsep
pengukuran biaya terdapat tiga cara yaitu
a.
biaya historis
b.
cost pengganti/masukan
terkini
c.
setara kas
dalam mengakui adanya beban, SAK ETAP menggunakan teori konsep beban,
yaitu mengakuinya sebagai aktiva atau beban. Hal tersebut dapat dibuktikan
ketika dalam praktik menggakui adanya beban, seperti melakukan alokasi
penyusutan terhadap aktiva tetap, atau tak berwujud. Beban tersebut akan
dialokasikan sesuai dengan jumlah penggunaannya, agar dapat mencapai prinsip
perbandingan yang baik. Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan
manfaat ekonomi masa datang yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau
kenaikan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
Didalam konsep penandingan yang diungkapkan oleh CAP dalam ARB 32
harus mengeluarkan beberapa peristiwa luar biasa seperti kebakaran atau bencana
yang lainnya. SAK ETAP mengunakan dasar perbandingan semuanya dalam teori
contoh hubungan sebab akibat mengakui harus membandingkan antara cost of good
sales dengan penjualan bersih yang didapatkan. Alokasi sistematis, diakuinya
biaya penyusutan aset tetap secara alokasi. Pembebanan segera, diakuinya biaya
iklan atau administrasi lainnya yang digunakan dalam perusahaan.
Didalam SAK ETAP mewajibkan format laba rugi entitas dengan
menggunakan analisa beban atau fungsi. Dan didalam kedua metode analisa
tersebut, tidak diperkenankan untuk membandingkan pendapatan dengan piutang
usaha dan selisih persediaan akhir bulan berjalan dengan bulan lalu.
(IAI, 2016) Analisis berdasarkan metode sifat beban, beban dikumpulkan
dalam laporan laba rugi berdasarkan sifatnya (contoh penyusutan, pembelian
bahan baku, biaya transportasi, imbalan kerja dan biaya iklan), dan tidak
dialokasikan kembali antara berbagai fungsi dalam entitas. Analisis berdasarkan
metode fungsi beban, beban dikumpulkan sesuai fungsinya sebagai bagian dari
biaya penjualan atau, sebagai contoh, biaya aktivitas distribusi atau aktivitas
administrasi. Sekurang-kurangnya, entitas harus mengungkapkan biaya penjualannya
sesuai metode ini terpisah dari beban lainnya.
Berdasarkan atas kesamaan yang lebih banyak tersebut dapat disimpulkan
bahwa SAK ETAP memiliki hubungan positif dengan teori beban.
2.6 Apakah teori konsep current cost accounting memiliki hubungan
negatif dengan SAK ETAP bab 5 laporan laba rugi?.
Current cost accounting adalah akutansi berbasis harga beli
sekarang. berdasarkan konsep tersebut, entitas akan mengakui cost of good
sales dengan menggunakan dasar harga sekarang dari pada harga pada saat
perusahaan tersebut membeli persediaan tetapi mengakui profit berdasarkan pada
nilai saat aset tersebut dibeli. Lawannya adalah historical cost accouting
yaitu akuntansi berbasis harga perolehan dimasa lalu. Jika perusahaan hendak
menggunakan suatu aktiva dan menentang atas penjualan aktiva yang bersangkutan,
perubahan di dalam market price aktiva yang bersangkutan tentu saja menyimpang.
Suatu aktiva tetap tidak lebih valuable bagi perusahaan sebab current cos telah
meningkat. Masalah yang lain yang ditimbulkan adalah subyektivitas dalam
menentukan jumlah peningkatan biaya ini. Solusi yang dapat digunakan adalah
dengan mengetahui secara pasti tentang current cost dari aktiva tetap yang
bersangkutan.
SAK ETAP, menggunakan dasar historical cost accounting, dengan
menggunakan dasar tersebut perusahaan akan lebih sesuai dengan kenyataan atau
andal dan obyektif. Biaya historis lebih menggambarkan kenyataan yang ada
dibandingkan dengan harga pasar yang berlaku. Sebagai contoh
Pada tanggal 1 januari 2018, perusahaan jasa konveksi (CV FIFA) membeli
1.000kg gula dengan harga Rp 6.000 per kg. Selama setahun, perusahaan menjual
600kg gula dengan harga Rp 10.000 per kg ketika cost pengganti sebesar Rp 8.000
per kg.
Current Cost
|
Historical Cost
|
||||
Persediaan
|
Rp 6.000.000
|
|
Persediaan
|
Rp 6.000.000
|
|
Kas
|
|
Rp 6.000.000
|
Kas
|
|
Rp 6.000.000
|
(Membeli barang dagang)
|
(Membeli barang dagang)
|
||||
Kas
|
Rp 6.000.000
|
|
Kas
|
Rp 6.000.000
|
|
Beban Pokok penjualan
|
Rp 4.800.000
|
|
Beban Pokok penjualan
|
Rp 3.600.000
|
|
Penjualan
|
|
Rp 6.000.000
|
Penjualan
|
|
Rp 6.000.000
|
Persediaan
|
|
Rp 4.800.000
|
Persediaan
|
|
Rp 3.600.000
|
(menjual produk)
|
(menjual produk)
|
||||
Persediaan
|
Rp 1.200.000
|
|
|
|
|
Keuntungan penyimpanan
|
Rp 1.200.000
|
|
|
|
|
(Keuntungan Penyimpanan)
|
|
|
|
Berdasarkan ilustrasi tersebut historical cost akan memberikan
dampak yang lebih realitas dari pada penggunaan current cost.
Berdasarkan atas alasan-alasan diatas maka SAK ETAP tidak memiliki
hubungan terhadap current cost accounting.
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan dan Saran
Berdasarkan atas berbagai teori dan alasan yang telah dikemukakan pada
BAB II. Dapat ditarik suatu simpulan bahwa teori pendapatan digunakan dalam
penyusunan SAK ETAP bab 5 mengenai laporan laba rugi, teori beban digunakan
dalam penyusunan SAK ETAP bab 5 mengenai laporan laba rugi, sedangkan teori current
cost accounting tidak digunakan dalam penyusunan SAK ETAP bab 5 mengenai
laporan laba rugi. Dalam makalah ini memiliki keterbatasan, diharapkan penulis
selanjutnya dapat menyempurnakan makalah ini. Penulis menggunakan pendekatan
deduktif dalam menyusun makalah, dan belum diuji berdasarkan praktik didunia
nyata, hanya menggunakan sumber sekunder (buku dan jurnal penelitian). Oleh
sebab itu diharapkan penulis berikutnya dapat menggunakan pendekatan induktif
dan menambahkan beberapa variabel lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, Imam dan Anis chariri., 2007, Teori Akuntansi Edisi 3,
Semarang: Universitas Diponegoro
IAI., 2016, Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Meythi, sheffie teresa, 2012, “Historical Cost dan General Price
Level Accounting: Analisis Relevansi Indikator Keuangan”, jurnal akuntansi, Vol.
4, No.2. p. 115-134
Martani, dwi, dkk., 2016, Akuntansi Keuangan Menengah, Jakarta:
Salemba Empat.
Yadiati, Winwin., 2007, Teori Akuntansi Suatu Pengantar,
Jakarta: Prenada Media Group
0 Response to "Makalah teori akuntansi ~ Teori Konsep Pendapatan, Beban, Current Cost Accounting pada SAK ETAP BAB 5 Laporan Laba Rugi"
Post a Comment
Berkomentarlah dengan bijaksana