PPh pasal 21 - Perhitungan pajak penghasilan bukan pegawai yang berkesinambungan
Konten [Tampil]
Dokter yang menjalankan praktik di klinik akan terus mendapatkan penghasilan karena dokter selalu membuka klinik dan juga mereka akan merupakan kategori pekerjaan bebas. Dasar pengenaan pajak adalah penghasilan komulatif selama satu tahun pajak.
Perbedaan antara pajak penghasilan bukan pegawai yang bersinambungan adalah terletak apakah berasal dari 1 pemberi kerja atau tidak. Jika berasal dari 1 pemberi kerja maka Dasar pengenaan pajak adalah 50% x Penghasilan bruto - PTKP
Contoh soal kasus pph pasal 21 atas penghasilan bukan pegawai yang bersifat berkesinambungan.
Dr. Raffi ALhanif (K/2) adalah salah satu dokter di rumah sakit umum Rafinternet Hospital. Selain itu beliau juga membuka klinik pribadi sendiri. Dr Raffi alhanif telah memiliki NPWP dan pada tahun 2019 jasa yang dibayarkan pasien ketika praktik di RSU Rafinternet hospital adalah
Bulan
|
Jasa Dokter yang dibayarkan pasien
|
Januari
|
Rp
50.000.000
|
Februari
|
Rp
45.000.000
|
Maret
|
Rp 54.000.000
|
April
|
Rp
43.000.000
|
Mei
|
Rp
39.000.000
|
Juni
|
Rp
41.000.000
|
Juli
|
Rp
40.000.000
|
Agustus
|
Rp
50.000.000
|
September
|
Rp
48.000.000
|
Oktober
|
Rp
46.000.000
|
November
|
Rp
44.000.000
|
Desember
|
Rp
43.000.000
|
Berapakah pajak penghasilan pasal 21 yang harus di potong atas penghasilan pekerjaan bebas tersebut.
Cara menghitung PPh pasal 21 atas penghasilan bukan pegawai yang bersifat berkesinambungan.
Bulan
|
Gaji
|
DPP
|
DPP
komulatif
|
Tarif
|
PPh
terutang
|
Januari
|
Rp50.000.000
|
Rp25.000.000
|
Rp25.000.000
|
5%
|
Rp1.250.000
|
Februari
|
Rp45.000.000
|
Rp22.500.000
|
Rp47.500.000
|
5%
|
Rp1.125.000
|
Maret
|
Rp54.000.000
|
Rp2.500.000
|
Rp50.000.000
|
5%
|
Rp125.000
|
Rp24.500.000
|
Rp74.500.000
|
15%
|
Rp3.675.000
|
||
April
|
Rp43.000.000
|
Rp21.500.000
|
Rp96.000.000
|
15%
|
Rp3.225.000
|
Mei
|
Rp39.000.000
|
Rp19.500.000
|
Rp115.500.000
|
15%
|
Rp2.925.000
|
Juni
|
Rp41.000.000
|
Rp20.500.000
|
Rp136.000.000
|
15%
|
Rp3.075.000
|
Juli
|
Rp40.000.000
|
Rp20.000.000
|
Rp156.000.000
|
15%
|
Rp3.000.000
|
Agustus
|
Rp50.000.000
|
Rp25.000.000
|
Rp181.000.000
|
15%
|
Rp3.750.000
|
September
|
Rp48.000.000
|
Rp24.000.000
|
Rp205.000.000
|
15%
|
Rp3.600.000
|
Oktober
|
Rp46.000.000
|
Rp23.000.000
|
Rp228.000.000
|
15%
|
Rp3.450.000
|
November
|
Rp44.000.000
|
Rp22.000.000
|
Rp250.000.000
|
15%
|
Rp3.300.000
|
Desember
|
Rp43.000.000
|
Rp21.500.000
|
Rp271.500.000
|
25%
|
Rp5.375.000
|
Rumus yang digunakan adalah
DPP = 50% x Gaji
DPP komulatif = DPP sebelum + DPP
Tarif = Sesuai dengan peraturan perpajakan
PPh terutang = DPP Komulatif x Tarif
Contoh kasus menghitung penghasilan bukan pegawai yang berkesinambungan.
Hanum adalah seorang pegawai luar dinas dari PT Rafinternet.com, suaminya telah terdaftar sebagai wajib pajak dan mempunyai NPWP serta semua dokumen telah di berikan kepada wajib pajak. Hanum hanya menerima penghasilan dari PT Rafinternet.com saja, penghasilan yang diterim selama tahun 2019 adalah
Bulan
|
Gaji
|
Januari
|
Rp47.000.000
|
Februari
|
Rp45.000.000
|
Maret
|
Rp54.000.000
|
April
|
Rp43.000.000
|
Mei
|
Rp39.000.000
|
Juni
|
Rp42.000.000
|
Juli
|
Rp44.000.000
|
Agustus
|
Rp50.000.000
|
September
|
Rp48.000.000
|
Oktober
|
Rp46.000.000
|
November
|
Rp44.000.000
|
Desember
|
Rp43.000.000
|
Cara menghitung PPh pasal 21 bagi bukan pegawai yang berkesinambungan adalah
DPP
|
PTKP
|
PKP
|
DPP
komulatif
|
Tarif
|
PPh
terutang
|
Rp23.500.000
|
Rp4.500.000
|
Rp19.000.000
|
Rp19.000.000
|
5%
|
Rp950.000
|
Rp22.500.000
|
Rp4.500.000
|
Rp18.000.000
|
Rp37.000.000
|
5%
|
Rp900.000
|
Rp27.000.000
|
Rp4.500.000
|
Rp13.000.000
|
Rp50.000.000
|
5%
|
Rp650.000
|
Rp9.500.000
|
Rp59.500.000
|
15%
|
Rp1.425.000
|
||
Rp21.500.000
|
Rp4.500.000
|
Rp17.000.000
|
Rp76.500.000
|
15%
|
Rp2.550.000
|
Rp19.500.000
|
Rp4.500.000
|
Rp15.000.000
|
Rp91.500.000
|
15%
|
Rp2.250.000
|
Rp21.000.000
|
Rp4.500.000
|
Rp16.500.000
|
Rp108.000.000
|
15%
|
Rp2.475.000
|
Rp22.000.000
|
Rp4.500.000
|
Rp17.500.000
|
Rp125.500.000
|
15%
|
Rp2.625.000
|
Rp25.000.000
|
Rp4.500.000
|
Rp20.500.000
|
Rp146.000.000
|
15%
|
Rp3.075.000
|
Rp24.000.000
|
Rp4.500.000
|
Rp19.500.000
|
Rp165.500.000
|
15%
|
Rp2.925.000
|
Rp23.000.000
|
Rp4.500.000
|
Rp18.500.000
|
Rp184.000.000
|
15%
|
Rp2.775.000
|
Rp22.000.000
|
Rp4.500.000
|
Rp17.500.000
|
Rp201.500.000
|
15%
|
Rp2.625.000
|
Rp21.500.000
|
Rp4.500.000
|
Rp17.000.000
|
Rp218.500.000
|
25%
|
Rp4.250.000
|
Rumusnya adalah
DPP = Gaji * 50%
PTKP = Rp 54.000.000 : 12 Bulan
PKP = DPP - PTKP
DPP Komulatif = PKP yang terus menerus ditambahkan
PPh terutang = PKP * Tarif
0 Response to "PPh pasal 21 - Perhitungan pajak penghasilan bukan pegawai yang berkesinambungan"
Post a Comment
Berkomentarlah dengan bijaksana