Cara Menghitung Persediaan Akhir Metode Laba Kotor dan Ritel
Cara menghitung persediaan akhir metode laba kotor dan ritel digunakan bagi perusahaan yang mengalami kebakaran atau bencana alam dan berakibat pada berkurangnya aktiva entitas. Selain metode identifikasi khusus, perusahaan dapat menggunakan metode fifo, lifo, average dalam menilai harga pokok produksi.
Contoh soal dan jawaban metode fifo, lifo dan average diperlukan bagi entitas yang mau mempublikasikan laporan keuangan. Kebijakan akuntansi perusahaan diperkenankan menggunakan sistem perpetual dan periodik untuk memperhitungkan harga pokok produksi untuk mengetahui laba bruto yang terjadi.
Cara menghitung persediaan yang terbakar harus menerapkan sistem pengendalian internal seperti penjagaan gudang dan asuransi gudang. Klaim asuransi kebakaran menjadi pilihan bagi perusahaan agar terhindari dari kerugian akibat peristiwa luar biasa yang mengakibatkan sebagian besar aset entitas berkurang.
Metode Penilaian Persediaan Akhir dan Hpp
Metode penilaian persediaan akhir dan hpp dapat menyesuaikan siklus akuntansi yang digunakan perusahaan. Bagi perusahaan manufaktur, pemisahan antara departemen produksi dan gudang akan tercipta sistem pengendalian internal ketika memakai bahan baku dan pemindahan barang jadi yang akan dikirimkan.
Sistem pencatatan persediaan dan asumsi arus biaya menggunakan sistem periodik dan sistem perpetual. Bedanya sistem perpetual dan periodik terletak pada bagaimana langkah perusahaan mengetahui pemakaian barang baku dan barang yang diperjualbelikan kepada para pelanggan selama tahun fiskal.
Selain metode fifo dan lifo, perusahaan berhak menggunakan sistem metode tanda pengenal khusus dan metode ritel. Bagi perusahaan yang memiliki jenis persediaan yang sedikit dapat menggunakan metode identifikasi khusus. Bagi perusahaan yang memiliki banyak persediaan barang dagang dapat menggunakan metode ritel.
Baca Juga: Cara Mengontrol Stock Barang Dagang Di Gudang
Contoh Soal Metode Laba Kotor dalam Menilai Persediaan
Contoh soal metode laba kotor dalam menilai persediaan akhir berguna untuk mengakui keuntungan dan kerugian ditahun berjalan. Kehilangan produk dalam proses produksi mengakibatkan meningkatnya harga pokok produk dan menurunkan laba bersih per unit produk yang berhasil di perusahaan.
Alasan perusahaan menggunakan metode taksiran laba kotor dalam penilaian persediaan adalah terjadinya klaim asuransi kebakaran produk di gudang barang jadi. Ketika terjadi bencana alam maka perusahaan akan mengalami kehilangan sebagian besar aset lancar di laporan posisi keuangan yang mempengaruhi keberlangsungan usahanya.
Contoh soal dan jawaban metode laba bruto terjadi pada PT Rafinternet yang melaporkan jumlah persediaan awal sebesar Rp 54.000.000 dan pembelian sebesar Rp 96.000.000. Penjualan yang terjadi selama tahun fiskal adalah Rp 182.000.000 dengan margin sebesar 40%. Hitunglah nilai pemakaian persediaan?
Baca Juga: Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Barang dan Contoh Flow Chart
Cara Menghitung Persediaan Akhir dan Hpp Metode Laba Kotor
Cara menghitung persediaan akhir dan hpp metode laba kotor memerlukan informasi tentang margin yang disepakati dengan lawan transaksi. Pajak pertambahan nilai perlu dipotongkan dari setiap aktivitas penjualan di daerah pabean dan dilaporkan di akhir bulan berikutnya bersamaan menyampaikan spt masa.
Perhitungan persediaan yang terbakar berakibat pada penilaian kewajaran laporan keuangan tentang keberlangsungan usaha dan prinsip akrual. Rumus laba kotor dan laba bersih memiliki perbedaan pada saat mengakui beban administrasi dan beban pemasaran serta biaya pokok produksi selama periode berjalan.
Metode laba bruto digunakan untuk mengestimasikan penggunaan barang jadi untuk terciptanya penjualan bahan baku. Penurunan nilai persediaan terjadi karena entitas mengalami kehilangan, kerusakan dan ketinggalan model produksi. Adapun cara menghitung persediaan akhir dengan metode laba kotor adalah
Persediaan Awal | Rp 54.000.000 | |
Pembelian | Rp 96.000.000 | |
BTUD | Rp 150.000.000 | |
Penjualan pada harga penjualan | Rp 182.000.000 | |
Laba Netto | Rp 72.800.000 | |
Penjualan pada Nilai Biaya | Rp 109.200.000 | |
Nilai Persediaan Akhir | Rp 40.800.000 |
Baca Juga: Contoh Jurnal Transaksi Persediaan Barang Dagang
Demikian cara menghitung persediaan akhir metode laba kotor dan ritel perlu mempertimbangkan banyak transaksi pengeluaran barang dan pemasukan barang. Harga beli produk dapat berbeda-beda tiap order barang yang mengakibatkan asumsi arus biaya persediaan dapat diterapkan sesuai kebijakan akuntansinya.
0 Response to "Cara Menghitung Persediaan Akhir Metode Laba Kotor dan Ritel"
Post a Comment
Berkomentarlah dengan bijaksana